Header Ads

1 PERIODE ATAU CUKUP


MajelisRakyat|| Indonesia negara dengan garis pantai 54.716.Km, luas wilayah 1.904.670. Km2, dengan jumlah penduduk 265 juta jiwa, dan merupakan negara dengan garis pantai no 2 terpanjang di dunia berdasarkan rilis CIA World Factbook, beragam suku dan budaya, serta penganut Agama yang berbeda beda, dan di Angugrahi kekeyaan Alam yang luar biasa oleh Tuhan Yang Maha Esa, Indonesia pada masa lalu terdiri dari beberapa kekuatan dan wilayah yang memiliki bentuk Pemerintahan sendiri sendiri, hingga akhirnya menjadi satu dalam bentuk sebuah Negara Kesatuan.

Bisa di pastikan Pancasila adalah sesuatu yang final dan tidak bisa di ganggu gugat, Indonesia yang merdeka atas Rahmat Allah SWT, serta dilandasi oleh ke inginan luhur dan tidak ada sebuah Ideologi selain Pancasila, sehingga sudah menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh Warga Negara Indonesia dimana pun berada untuk memegang teguh Pancasila, sebab Pancasila salah satu faktor yang menjadikan Indonesia bersatu hingga detik ini.

Di akhir Pemerintahan Presiden RI ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono, mulai terlihat bibit ketidak sepahaman, dan rasa yang paling benar diantara yang lain, hal ini mulai terjadi ketika menjelang Pilpres 2014, diamana saat itu Indonesia terbelah menjadi dua Jokowi dan Prabowo, hingga akhirnya PILPRES 2014 di menangkan oleh Jokowi, dan akan berkuasa hingg 2019, sebagai Presiden ke 7 RI, sejuta harapan di sandarkan pada Presiden Jokowi, segenap rakyat menatap masa depan demi secercah perubahan.

pixabay

Rakyat menanti gerbrakan demi gebrakan dari Presiden ke 7 RI, masih hangat di ingatan semua rakyat, hadiah pertama yang di berikan Pemerintahan Presiden Jokowi dan Partai Utamanya PDIP, adalah kenaikan harga BBM, yang telah 12 kali naik selama periode Presiden Jokowi, serta pada masa Presiden Jokowi pula subsidi BBM berkurang, begitu juga pada subsidi listrik, pada masa rezim ini pula terjadi pengelompokan rakyat, Pancasila dan mereka yang tertuduh anti Pancasila.
Suka tidak suka, apa yang sedang terjadi adalah sebuah realita

Bukan tentang suka atau tidak suka, namun lebih kepada sesuatu yang disebut dengan realita, bahwa pada masa rezim ini sebagian dari rakyat merasa keadaan ekonomi tidak baik, kebebasan berpendapat yang semu, sebab jika hal yang tidak sependapat dengan kekuasaan dan di rasakan mengancam, maka dengan cepat akan di proses hukum, namun jika sebuah pendapat yang melukai orang yang tidak sependapat dengan rezim, bahkan jika pendapat atau pernyataan tersebut melanggar hukum, seakan dianggap angin lalu.

Orang Gila melaukan pembacokan terhadap Ulama, hingga orang gila punya hak suara untuk memilih, ini sebuah fakta yang tidak terbantahkan, belum lagi persekusi yang terjadi kepada mereka yang tidak sepaham dengan rezim yang berkuasa, Islam seakan di benturkan, mereka yang berpegang teguh dengan ajaran Islam di katakan anti Pancasila dan di anggap ingin mendirikan Negara Islam, sementara mereka yang plurallis yang dianggap menjadi sahabat bagi semua lapisan masyarakat dan menjadi yang paling Pancasila.

Belum lagi ketika kita menyaksikan ketidak sejalan pemikiran antara Presiden dan Mentri, bukan sebuah hal yang baru jika, ada ke tidak sepahaman antara Bos dan pembantunya, yang kerap menjadi pertunjukan bagi publik, sehingga sebagian masyarakat Indonesia saat ini, memutuskan untuk melakukan perubahan melalui cara yang sah dan diatur oleh Undang Undang, yaitu Pemilu, apa yang di takutkan oleh Rezim yang sedang berkuasa, buktikan kerja nyata pada rakyat yang bahwa rezim ini layak untuk dipilih kembali, namun intrik dan trik yang dilakukan oleh Rezim yang sedang berkuasa sepertinya belum efektif.

"Rakyat jenuh dengan kondisi ekonomi yang semakin sulit, rakyat jenuh dengan pencitraan yang disajikan, rakyat jenuh dengan propaganda yang tidak beretika, rakyat sudah bisa membaca setiap intrik yang coba dilakukan, rakyat sudah mengetahui arah strategi yang coba dilancarkan".


Rakyat yang tidak sependapat bahwa Presiden ke 7 Indonesia, Bapak Jokowi harus deberikan kesempatan untuk memimpin 2 periode, bukan dikarenakan atas dasar kebencian, namun dikarenakan rakyat telah merasakan bagaimana sulitnya kehidupan mereka selama periode rezim Presiden Jokowi dan partai utamanya PDIP berkuasa di Indonesia, Rakyat yang menginginkan perubahan beranggapan bahwa hanya Presiden ke 8 yang akan mereka pilih pada 17 April 2019 nantilah, yang mampu membawa kehidupan mereka berubah.

Bukan atas dasar kebencian atau hal lainnya, perubahan yang di inginkan oleh rakyat yang tidak sepaham dengan rezim murni dikarenakan inin perubahan tidak hanya bagi diri dan keluarga namun Indonesia ke depannya, sementara bagi sebagian rakyat yang beranggapan bahwa Rezim ini harus berlanjut, adalah mereka yang tidak merasakan sulitnya kondisi ekonomi pada masa saat ini, kemungkinan besar mereka yang menyetujui bahwa Rezim ini harus berakhir dalam 2 periode , adalah rakyat yang jika pergi ke SPBU rutin menggunakan Pertamax dan paling tidak menggunkan Pertalite, atau Pertamina Dex.

Rakyat yang menginginkan Rezim ini hingga 2 periode juga tidak menggunakan tabung elpiji hijau 3 Kg, mereka bisa dikatakan menjalani kehidupan yang sebaliknya dari sebagian rakyat yang menginginkan perubahan, bisa dikatan rakyat yang menginginkan Rezim ini untuk dilanjuttkan adalah golongan yang pintar dalam mengelola keuangan, mampu memenuhi kebutuhan khususnya untuk belanja ke pasar dengan uang Rp.50.000,-, bisa untuk 3 hari.

"Sahabat, jangan pernah salahkan mereka yang menginginkan perubahan, terlebih jika mereka melakukannya melalui jalan yang di bolehkan oleh Undang Undang, sebab mereka tidak mampu memnuhi kebutuhan makan dengan uang Rp.50.000,- untuk 3 hari, terlebih mereka tidak sanggup melihat para Ulama mereka dilakukan semena mena, dikriminalisasi, pemahaman mereka akan Agama mereka dikatakan Intoleransi, dituduh ingin mengganti dasar Negara".

Sahabat jika menyetujui Rezim ini hingga periode ke 2, maka hargailah pendapat mereka yang menginginkan perubahan, begitu juga sebaliknya, Sahabat yang menginginkan perubahan, biarkan mereka yang menginginkan Rezim ini 2 periode menyanjung dan membanggakan, pencapaian yang telah di capai, bertarung secara sehat data di lawan data, fakta di lawan fakta, sebab sebuah fakta bisa menjadi sebuah fiksi ketika sebuah fakta tidak sesuai dengan realitas dan data yang ada.

Cukup sudah curiga dengan mereka yang tidak setuju pada Rezim ini, andaikan memang dikehendaki, bisa dipastikan sudah lama Rezim ini terguling, sebuah fakta dan sebuah realitas, bagaimana 7 juta orang dan 13 juta orang bisa berkumpul tanpa dibiayai datang atas kemauan sendiri, memenuhi Ibukota, tidak ada kerusakan, tidak ada makar, bandingkan dengaan beberapa aksi yang lainn di luar dari mereka yang menginginkan perubahan, adakah aksi yang lebih besar dan tertib dari apa yang pernah mata kita saksikan.

"Sahabat mari kita gunakan Hak Pilih pada 17 April 2019, baik yang waras, setengah waras, atau pun gila, mari berbondong bondong memenuhi TPS, dan membuktikan siapa yang layak menjadi Pemimpin untuk 265 juta Rakyat Indonesia."

Baca Juga

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.